Postingan

Menampilkan postingan dari 2018

Kitorang pu makanan

Oleh: J. Pekei*) " Bukan nasi, tetapi ayo makan papeda (juga ubi) sebagai cinta kepada tanah Papua ", demikian kata anak muda, kelahiran wosi Manokwari Papua pada hari ini. Kira-kira begitulah, ungkapan spontan adik Yeimo yang memecah kesunyian menyantap kami. Kata-kata ini mengigatkan diriku pada seseorang (anak muda papua) yang masih setia dengan makanan lokal. Dia setiap harinya makan ubi, walau ada di tanah Jawa. Suatu sore, anak muda gimbal itu berkisah " makan makanan kita itu lebih sehat " katanya. Ungkapan ini dilanjutkan dengan senyuman yang berbinar di sore itu. " Ku tak bisa tanya alasan lain dari dia ". Alasan pengila ubi ini, seolah menyimak perdebatan ilmiah. Dalam catatan guru besar pertanian Prof Dr Ir Go Bang Hong, mengemukakan makan ubi jahu lebih sehat. Pada Desember 2017 di Tawangmangu Solo, dalam perjumpaanku, para petani ubi sangat menikmati pekerjaan mereka. Seolah petani di Solo bangga dengan menanam ubi jalar. Kalau s

Bagian 2) PILGUB SUMUT: MEGAWATI TUNJUKKAN CERMIN INER SIRCLE POLITIKNYA SEBAGAI ANTI MILITER

Oleh: Natalius Pigai Penunjukan Jarot Saiful Hidayat oleh PDIP sebagai calon Gubernur Sumatera Utara merupakan hal yang biasa bagi orang awan. Mungkin sebagian orang berfikir bahwa Jarot Saiful Hidayat bukan kader biasa, beliau kepala daerah 2 Peride di Blitar, juga pernah menjadi wakil gubernur dan gubernur di DKI jakarta. Pertanyaannya politisnya, kalau sudah berprestasi kenapa tidak menunjuk Gatot Saiful Hidayat sebagai Calon Gubernur Jawa Timur, Kampung halamannya? Megawati memiliki kalkulasi politik tersendiri bahwa bagi masyarakat Jawa Timur Jarot Saiful Hidayat bukan siapa-siapa? Beliau adalah mantan Wali Kota terkecil yang terletak dibawah kaki Gunung Kelud, tidak memiliki sumber saya alam dan bahkan tingkat ketergantungan ( ratio dependentia)  tertinggi di Jawa Timur bahkan mungkin di Indonesia. Demikian pula Jarot juga menjadi Wakil    Gubernur dan Gubernur DKI Jakarta bukan Karena prestasi politik namun karena menerima durian runtuh dalam masa bhakti seumur jagung. P

Catatan Kaki Seorang Kristen Puritan AHOK, MUALAF, BELAJAR & MENCINTAI ISLAM

Oleh: Natalius Pigai Hadirnya  Basuki Tjahaya Purnama alias AHOK dalam panggung politik mewarnai dinamika politik Indonesia selama 4 tahun terakhir. AHOK adalah magnet yang mampu menaikkan  turbulensi politik, mengadirkan turbulensi sosial. Gerakan Ahok juga telah mengantarkan rakyat Indonesia dalam alam pikir baru yaitu imajinasi tentang Ahok sebagai orang baik dan Ahok sebagai orang jahat. Apapun ceritanya Ahok adalah sentrum politik dan sosial nasional karena  tekah menggangu fondasi sosial dan  fondasi politik, fondasi HAM dan tidak kalah pentingnya adalah fundamental agama. Apapun ceritanya kehebatan Ahok, bangsa ini memiliki kekayaan nilai luhur, nilai budaya, pepata-pepata kuno nusantara adalah legasi besar. “Kecik bertitik olo ketoro”, yang baik kelihatan dan yang jelek akan tampak. “Sebaik baiknya tupai melompat akhirnya jatuh jua”. Ahok  rupanya tidak  belajar dari nilai-nilai keadaban nusantara. Meskipun Ahok adalah manusia import, namun dimanapun bumi dipijak, langi