Menghayati Kekatolikan
Foto/Ist |
Menghayati kekatolikan dalam semangat kawanan
kecil yang diberkarti, atau sebagai garam dan terang dunia, dapat diupayakan
dengan berbagai cara. Keterlibatan di tengah masyarakat dan komunitas lintas
iman menjadi wahana nyata. Kesempatan memberi perhatian kepada kaum kecil,
lemah, miskin, tersingkir, dan difabel juga dapat dilaksanakan dengan berbagai
kemungkinan. Kesadaran bahwa penyandang tunarungu dan tu-nawicara dapat
mengalami sukacita dalam kebersamaan dengan yang lain serta berkiprah dalam
kegiatan komunitas/lingkungan memerlukan ketajaman hati y ang disambung dengan
gerakan. Munculnya tokoh atau pemimpin dalam kegiatan dan keberpihakan seperti
ini dapat menggerakkan orang lain untuk turut peduli dan berbakti.
Kesadaran sebagai kawanan kecil yang diberkati
juga dapat diupayakan dengan terlibat dalam pembangunan masyarakat desa.
Perhatian pemerintah pusat hingga pemerintah daerah melalui kucuran dana desa
perlu disambut dengan antusias dan baik. Umat Katolik perlu melibatkan diri
dalam komunitas atau organisasi formal sehingga dapat ikut menentukan kebijakan
public atau ambil bagian dalam rembuk desa. Keahlian dalam mengelola keuangan
secara transparan dan akun-tabel, kepiawaian mempertanggungjawabkan proyek
dengan LPJ yang akurat dan teruji, serta cap lain yang positif pada diri umat
Katolik semoga menggerakkan keterlibatan yang bertanggung jawab. Kepercayaan
yang didukung dengan kemampuan yang memadai ini menjadi jurus ampuh untuk
terlibat bersama yang lain dengan cara bertanggung jawab.
Keberanian menggali lagi nilai-nilai Pancasila dan
mewujudkannya dalam sikap hidup sebagai landasan bersama akan menyatukan hati
dan budi dalam keindonesiaan. Wujud kemanusiaan, persatuan, dan keadlian sosial
begitu nyata dan dekat dengan pengalaman keseharian kita. Hal ini dapat
diwujudkan dan mendapat maknanya yang istimewa pada hari-hari menuju peringatan
kemerdekaan Indonesia melalui kibaran Merah Putih dan kesemarakan keakraban
dengan aneka lomba dalam semangat kebangsaan. Cita-cita “menjadi desa mandiri
tanpa korupsi” misalnya, dapat diekspos dan diupayakan dalam lomba antardesa
atau perumahan. Bingkai peringatan kemerdekaan Indonesia menjadi pintu masuk
yang mengatasi sekat keyakinan karena kita Bhineeka Tunggal Ika. Jangan takut,
hai kawanan kecil! (Inspirasi Batin)
(Amo)
Komentar
Posting Komentar