Rindu Ingin Bersama Dia
Foto.: dok/Frater Frans Boga |
Kerinduan mulai melanda dalam hidupku, pada
akhir-akhir menjalang bulan ini, sepertinya Fr Jhon Kayame. Dua tahun yang lalu
bersama itu pengalaman yang pahit mapaun baik menjadikan kisah atau membekas
yang tak terlupa dalam kehidupan karena bagi diriku, dalam kehidupan ini dapat
memberi energi positif dalam kehidupan menuju pada panggilan yang saya
cita-citakan, yang mana mau menjadi imam projo di Keuskupan Timika untuk
kelanya.
Fr,Jhon Kayame ialah om saya kalau
saya melihat dari hubungan keluarga dari mama yaitu, woutadi Kayame dari Yagai
pengakuan oleh hubungan keluarga itu benar karena Mama saya juga sudah
dimengakui dan mengikatkan dan Ayah dari Fr,Jhon Kayame juga mengakui dan
diingatkan kepada Fr,Jhon Kayame maka seusai itu kami dua menyapa baku panggil
dengan om dimana saja kita berdua berjumpa baik itu melalui media elektronik sepertinya Facebook dan via hp.
Kata om bagi orang Paniai sagat
bermakna dalam kehidupan karena om itu boleh di sebut dengan detak-detak napas
hidup atau jantung hidup, pada malam hari ini mulai mengukir kembali kebaikan
hati melalui pengalaman yang berdua lalui bersama pada saat hidup bersama di
Seminari Menengah St, Fransiskus Waena Jayapura Papua kurang lebih 1 tahun.
Saya rindu ingin bersama dia untuk peluk, merabah, dan berjalan bersama langka
demi langka. Namun ia jauh dari saya. saya hanya mengembus napas panjang dan
saya pula juga menitipkan salam kepadanya jauh yang disana lewat angin.
Saya merasah kalau kita
berjumpa dengan orang yang palin sayanginya dan orang yang curhat saya
mengangap orang tersebut ini Yesus yang hadir bersama saya dalam kehidupan
karena yesus juga megajarkan kepada muridnya bahwa siapa yang percaya, kepada
saudara yang hadir di sekitarnya ialah saya yang hadir karena Yesus juga
manusia biasa maka, ia juga serupa dengan saudara karena Allah menciptakan
manusia segambar serupa dengan Allah sendiri.
Dan komitmen yang perna di
sepakati bersama bahwa “Imam Harga Mati” untuk kelaknya maka, selama hidup
bersama di seminari yang pertama mengalami pengalaman yang baik dan tidak baik
itu memberikan semagat dengan melalui kata-kata sehari-hari yang memberi angin
segar dalam perjuangan ini agar selama menjalani panggilan ini tidak merasa
minder, putus asah, bosan. Dan merasa malas dari panggilan tetapi malalui
berkata-kata yang memberi semagat ini membagunkan optimis dalam perjuangan
menuju merai cita-cita yang mana, menjadi imam untuk kelak yang berkualitas di
Keuskupan Timika.
Penulis adalah Fr. Frans Boga
Komentar
Posting Komentar